Ditulis oleh : Sinta Mira, M.Psi (Psikolog Klinis VIDA Rumah Konsultasi dan Layanan Psikologi)
Beberapa waktu belakangan, seorang artis Indonesia, Marshanda mengeluarkan pernyataan bahwa dirinya pernah menderita gangguan Bipolar. Selain Marshanda, sebenarnya masih ada beberapa public figure baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang mengidap Bipolar Disorder, seperti misalnya : Demi Lovato, Carrie Fisher, Catherine Zeta-Jones, dsb.
Sebenarnya apa sih gangguan Bipolar itu?
Bipolar Disorder masuk ke dalam gangguan mood (mood disorder) yang ditandai dengan adanya fluktuasi mood, atau sering kita sebut dengan mood swings.
Kondisi mood yang terjadi di satu waktu disebut sebagai episode. Penderita Bipolar Disorder mengalami 2 jenis episode, yaitu manic episode dan depressive episode.
Manic Episode adalah kondisi mood dimana mengalami hal-hal seperti ini :
– Gembira berlebihan
– Mudah tersinggung sehingga mudah marah
– Merasa dirinya sangat penting
– Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain
– Penuh ide dan semangat
– Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya
– Seperti mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengar
– Nafsu seksual meningkat
– Menyusun rencana yang tidak masuk akal
– Sangat aktif dan bergerak sangat cepat
– Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan
– Menghamburkan uang
– Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan
– Merasa sangat mengenal orang lain
– Mudah melempar kritik terhadap orang lain
– Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari
– Sulit tidur
Durasi Manic Episode adalah 4 hari s/d lebih dari 1 minggu.
Manic Episode hampir selalu diikuti oleh depresi. Depresi adalah suasana hati yang murung dan perasaan sedih yang berkepanjangan. Biasanya bentuknya seperti :
– Suasana hati yang murung dan perasaan sedih yang berkepanjangan
– Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas
– Kehilangan minat untuk melakukan sesuatu
– Tidak mampu merasakan kegembiraan
– Mudah letih, tak bergairah, tak bertenaga
– Sulit konsentrasi
– Merasa tak berguna dan putus asa
– Merasa bersalah dan berdosa
– Rendah diri dan kurang percaya diri
– Beranggapan masa depan suram dan pesimistis
– Berpikir untuk bunuh diri
– Hilang nafsu makan atau makan berlebihan
– Penurunan berat badan atau penambahan berat badan
– Sulit tidur, bangun tidur lebih awal, atau tidur berlebihan
– Kehilangan gairah seksual
– Menghindari komunikasi dengan orang lain
Jadi, dalam Bipolar Disorder, penderita mengalami episode manic dan juga depresif secara bergantian. Meskipun gangguan bipolar disorder tidak umum seperti gangguan depresif, namun gangguan bipolar tetap merupakan masalah yang cukup mendapatkan perhatian dalam kesehatan mental. Penderita Bipolar Disorder bisa mengalami permasalahan dalam pekerjaan maupun relasi dengan orang lain. Umumnya juga mereka mengalami ketergantungan pada alcohol atau obat-obatan untuk membantu mereka mengatasi mood swings nya.
Apa penyebab Bipolar Disorder?
Seperti juga gangguan mental lainnya, gangguan bipolar juga merupakan permasalahan yang terjadi dari berbagai aspek, yaitu aspek biologis maupun psikososial.
Secara biologis, gangguan bipolar memiliki kaitan erat dengan faktor genetik dalam keluarga. Selain itu, penelitian yang dilakukan pada penderita bipolar menunjukan bahwa mereka memiliki abnormalitas dalam struktur amygdala di otak. Amygdala adalah bagian otak yang penting dalam memproses emosi. Juga di area prefrontal cortex yang merupakan area otak yang penting dalam fungsi kognitif dari emosi, seperti membuat perencanaan dan penilaian.
Secara psikososial, penderita bipolar memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap reward, yaitu mereka mereka menilai suatu perilaku dari reward yang mungkin bisa diperoleh. Selain sensitive terhadap reward, penderita bipolar juga umumnya memiliki sifat sensitive terhadap hukuman, sebagai bagian dari kecenderungan depresinya.
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi adalah stress. Misalnya memiliki pengalaman yang membuat stress atau keluarga yang tidak mendukung.
Bagaimana menyembuhkan gangguan bipolar?
Pengobatan secara medis / biologis dibutuhkan untuk gangguan bipolar.
Selain dengan obat-obatan, juga bisa diberikan terapi psikologis bagi penderita bipolar. Misalnya dengan terapi perilaku. Dalam terapi perilaku ini penderita bipolar diajarkan untuk mengubah pola perilakunya yang menyebabkan depresi dengan mengajarkan penderita untuk berinteraksi dengan lingkungan atau orang lain. Terapi perilaku juga mengajarkan penderita untuk melakukan relaksasi sebagai teknik untuk mengatasi mood yang tidak menyenangan.
Selain terapi perilaku, juga bisa dilakukan terapi kognisi-perilaku. Dalam terapi ini, penderita diajarkan untuk mengenali pikiran-pikiran yang otomatis muncul dan melihat hubungan antara pikiran ini dengan depresinya. Setelah itu, penderita diajarkan teknik untuk mengatasi permasalahan dengan lebih baik. Misalnya, orang yang sedang depresi biasanya kurang berkeinginan untuk bersikap asertif dalam memperjuangkan haknya, maka terapis akan mengajarkan teknik asertif agar klien memiliki perasaan yang lebih baik saat berada dalam situasi yang membutuhkan kemampuan asertif.
Terapi interpersonal dan ritme sosial. Terapi ini bisa digunakan pada penderita gangguan bipolar untuk membantu penderita menjaga rutinitias hariannya seperti makan, tidur, dan aktivitas untuk menjaga relasi sosial. Penderita diajarkan untuk melakukan self-monitor terhadap ritme hariannya dan bersama-sama menyusun rencana untuk menjaga ritme aktivitas yang stabil.
Bisa juga dengan family-focused therapy. Dalam terapi ini, terapis membantu mengurangi stress yang dialami penderita bipolar, terutama dalam keluarga.
Apa yang harus dilakukan jika saya mengetahui ada kenalan yang menderita bipolar?
Sebaiknya memang penderita bipolar diajak ke psikiater atau psikolog untuk mendapatkan treatment dan pengobatan.
+++
Disarikan dari berbagai sumber.