Saat Anak Memahami Indahnya Perbedaan

Psikolog dari Vida Rumah Konsultasi dan Layanan Psikologi, Sinta Mira M.Psi menjadi narasumber di harian Kompas 29 Mei 2017.

Anak perlu memahami nilai hidup (value) yang akan membantu anak dalam menjalani kehidupannya kelak. Di masa yang sarat dengan kemajuan teknologi dan perubahan yang serba cepat ini, anak perlu memilliki rasa percaya diri yang dibarengi dengan kerendahan hati. Sehingga ia bisa tetap menjadi pribadi yang bisa berkompetisi namun juga terbuka terhadap keterbatasan diri. Anak juga perlu memiliki sikap asertif sehingga bisa menyampaikan keinginan dan memperjuangkan haknya secara baik, dengan tetap bersikap empati pada orang lain.

Di usia 3-5 tahun, anak mulai mengembangkan kemampuan untuk berteman dan bersosialisasi adalah suatu tahap perkembangan yang secara wajar memang dilewati oleh setiap anak. Di usia 3-5 tahun anak biasanya mulai berinteraksi dengan teman-teman di sekolah / sekitar rumah dengan bentuk interaksi utamanya adalah dengan bermain (play).
Di tahap ini, orang tua memang sebaiknya memberi dukungan positif pada aktivitas bermain bersama tersebut. Karena dengan bermain / berinteraksi dengan teman, anak belajar mengembangkan kemampuan sosialisasi yang akan menjadi bekal baginya hingga di kemudian hari. Anak yang sudah terbiasa berteman dan memiliki kemampuan sosialisasi yang baik sejak masa ini, akan mengembangkan kemampuan sosial yang baik hingga masa remaja/dewasanya.

Sehingga di usia ini, biasanya anak sudah mengembangkan pemahaman yang lebih utuh mengenai dirinya dan orang lain, sehingga mulai ada keinginan untuk berteman dan bermain bersama. Mengajak anak untuk berteman bisa dimulai dari lingkungan terdekat, misalnya tetangga ataupun teman sekolah. Ajak anak untuk belajar mengenali temannya. Mulai dengan mengenal dan mengingat nama temannya, menyapa temannya saat bertemu, dan aktivitas bermain bersama temannya.

Mengajarkan anak tentang bagaimana memahami perbedaan bisa dimulai sejak usia dini. Namun caranya harus disesuaikan juga dengan tahap perkembangan anak. Yang harus diingat, anak belum bisa memahami konsep yang sifatnya abstrak. Jadi mengajarkan tentang keberagaman juga harus melalui cara-cara yang konkrit. Anak bisa belajar bahwa manusia beragam dan berbeda melalui banyak cara. Bisa melalui buku yang dibacanya, melalui film yang dilihatnya, atau melalui pengamatannya di lingkungan. Jadi, orang tua juga harus mulai mengajarkan mengenai keberagaman tersebut secara konkrit melalui sarana-sarana yang ada di sekitar anak tersebut. Dimulai dari hal-hal yang sifatnya jelas/fisikal, baru ke hal-hal yang non-fisikal.
Selalu tekankan pada anak bahwa berbeda-beda itu adalah hal yang wajar dan indah.

Anak membutuhkan hal yang konkrit untuk belajar, maka contoh dari orang tua / guru menjadi hal yang sangat konkrit untuk dialaminya sendiri.
Contoh yang bisa diberikan oleh orang tua misalnya :
-Memberikan komentar yang positif pada perbedaan-perbedaan individual yang dilihat sehari-hari. Karena saat orang tua mulai memberikan komentar yang negatif pada perbedaan-perbedaan yang ada, anak malah akan mulai membentuk konsep stereotip sendiri.
-Memberikan contoh nyata dalam hidup sehari-hari. Misalnya dengan mengajak anak memberikan ucapan pada tetangga yang merayakan hari raya, atau memberi bantuan pada orang lain tanpa membeda-bedakan.

Dalam mendidik dan mengajarkan mengenai nilai-nilai, bersikap konsisten adalah kunci utama. Sehingga orang tua juga harus mengupayakan secara konsisten nilai-nilai tersebut terus ada dalam keluarga. Apalagi saat lingkungan pergaulan anak semakin bertambah luas, misalnya saat masuk jenjang pendidikan SD, SMP, SMU. Sesuai dengan tingkatan usia anak, orang tua mungkin sudah tidak perlu lagi memberikan contoh-contoh perbedaan manusia pada anak yang sudah beranjak remaja. Namun, orang tua tetap perlu memberikan contoh konsisten berupa sikap yang positif dan toleran terhadap perbedaan yang ada. Untuk anak usia remaja, orang tua bisa juga mengajak anak mempelajari dan berdiskusi tentang tokoh-tokoh yang menjadi penggerak toleransi / keberagaman di berbagai belahan dunia. Dengan demikian, diharapkan kelak anak akan menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap toleransi yang baik terhadap berbagai perbedaan yang ada di masyarakat.